Blog ini adalah suatu usaha dari penulis untuk turut menyumbangkan buah pemikirannya guna mengisi kemerdekaan kearah pembinaan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Kamis, 25 Agustus 2016
Selasa, 23 Agustus 2016
Senin, 11 Juli 2016
Kata-kata Bijak, Quote, Nasehat dari Buya Hamka dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
Film Dibawah Lindungan Ka'bah adalah sebuah film drama romantis Indonesia yang dirilis pada tahun 2011 dan disutradarai oleh Hanny R. Saputra. Film ini diangkat dari novel karya sastra Buya Hamka yang berjudul "Dibawah Lindungan Ka'bah" pada tahun 1978 dan dibintangi oleh Herjunot Ali dan Laudya Cynthia Bella. Tanpa banyak basa-basi lagi, quote dibawah merupakan kutipan dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah yang semoga dapat mengispirasi para pembaca;
Apapun alasan kau ada disitu, sama dengan alasan ku ada disini sekarang.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Zaenab: Jika kelak impian kau akan terwujud, ku titip kan doa ku bersama mu mid.
Hamid: Apa itu Zaenab?
Zaenab: Doakan aku, agar aku menikah dengan lelaki yang aku cintai dan mencintaiku mid.
dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Apa yang tampak berasal dari yang tak tampak, dan apa yang tampak dari pada diriku pun sekarang berasal dari yang tak tampak, yaitu Allah. Dan hadiah terbesar yang pernah ia berikan untuk ku, yaitu cinta seorang ibu.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Jangan berharap lebih. Makin tinggi harapan, makin sakit jatuhnya.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Sampai kapan pun emas tak kan setara dengan loyang, dan sutra tak sebangsa dengan benang.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Membaca Al-Qur'an itu harus dengan lafal yang tepat, karena jika kita membacanya berbeda maka maknanya pun akan berbeda.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Kata-kata perempuan adalah baik. Hikmat pada Orangtua, patuh pada suami, takut kepada Allah, mengikuti perintah sunnah rosulloh. Perempuan mengenal rumah tangga seperti memahami setiap sisi dirinya sendiri. Walaupun terkadang perjuangan mereka sulit, kaum perempuan tak berkeluh kesah, tak juga menyombongkan diri, selalu meletak kan sesuatu pada tempatnya, inilah harkat perempuan yang mulia dan bermartabat dengan lima sifat utama; benar, jujur, pandai, faseh terdidik, dan bersifat malu. Dari merekalah kita dilahirkan, maka kepada merekalah kasih kita seharusnya berada.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Apapun yang terjadi, ingatlah bahwa ketika kau tak punya siapa-siapa selain Allah, Allah itu lebih dari cukup.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Bukan kah kau juga pergi sendirian Hamid, dan kita tahu sebenarnya kita tak pernah sendirian, kita punya allah.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Untuk melewati badai kita harus terus berjalan, bukan berhenti. Dan untuk terus berjalan, hanya ada dua hal yang harus terus kita bawa, keyakinan dan cinta.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Kata-kata perempuan adalah baik. Hikmat pada Orangtua, patuh pada suami, takut kepada Allah, mengikuti perintah sunnah rosulloh. Perempuan mengenal rumah tangga seperti memahami setiap sisi dirinya sendiri. Walaupun terkadang perjuangan mereka sulit, kaum perempuan tak berkeluh kesah, tak juga menyombongkan diri, selalu meletak kan sesuatu pada tempatnya, inilah harkat perempuan yang mulia dan bermartabat dengan lima sifat utama; benar, jujur, pandai, faseh terdidik, dan bersifat malu. Dari merekalah kita dilahirkan, maka kepada merekalah kasih kita seharusnya berada.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Apapun yang terjadi, ingatlah bahwa ketika kau tak punya siapa-siapa selain Allah, Allah itu lebih dari cukup.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Bukan kah kau juga pergi sendirian Hamid, dan kita tahu sebenarnya kita tak pernah sendirian, kita punya allah.
Emak Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Untuk melewati badai kita harus terus berjalan, bukan berhenti. Dan untuk terus berjalan, hanya ada dua hal yang harus terus kita bawa, keyakinan dan cinta.
Hamid, dalam film Dibawah Lindungan Ka'bah
Jumat, 01 Juli 2016
Kata-kata Bijak, Quote, Nasehat dari Bung Karno dalam Buku Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1)
Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
“Menjadi Guru
Dimasa Kebangunan”
merupakan pesan terakhir yang ditulis tangan langsung oleh Bung Karno dalam
buku fenomenal yang berjudul Dibawah
Bendera Revolusi (Jilid 1). Buku Dibawah Bendera Revolusi terdiri dari dua
jilid, pada jilid pertama terdiri dari 61 judul tulisan yang berisi tentang
gagasan pemikiran Bung Karno mengenai bagaimana mendirikan gedung Indonesia Merdeka,
sedangkan pada jilid kedua terdiri dari 20 judul pidato 17 Agustus dari
Presiden Bung Karno.
Sekedar
Informasi, saat ini untuk membaca bahkan memiliki buku Dibawah Bendera Revolusi sudah sangat mudah, karena sudah ada edisi
paripurna yang merupakan edisi pembeharuan. Terakhir yang penulis lihat di
salah satu Toko Buku kenamaan, buku Dibawah Bendera Revolusi jilid 1 dan jilid
2 bisa anda miliki dengan harga Rp. 600.000,00 (Enam Ratus Ribu Rupiah) saja.
Tanpa
banyak basa-basi lagi, berikut kutipan dalam tulisan Bung Karno yang berjudul “Menjadi
Guru Dimasa Kebangunan” dalam buku Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1) semoga mengispirasi;
Di masa kebangunan,
maka seharusnya tiap-tiap orang harus menjadi pemimpin, menjadi guru.
Pemimpin! Guru!
Alangkah haibatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah, menjadi guru di
dalam sekolah, menjadi guru dalam arti yang spesial, yakni pembentuk akal dan
jiwa anak-anak! Terutama sekali di zaman kebangunan! Hari kemudiannya manusia
adalah di dalam tangan si guru itu, -menjadi Manusia Kebangunan atau bukan
Manusia kebangunan.
Wie
de jeugd heeft, heeft de toekomst (yang memiliki pemuda,
memiliki masa depan).
Hanya guru yang
benar-benar rasul kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya
guru yang dadanya penuh dengang jiwa kebangunan dapat ”menurunkan” kebangunan
ke dalam jiwa anak.
Onderwijs
is in zekeren zin een voortplanting! (pendidikan adalah
reproduksi yang penuh arti!)
Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak” hijau, guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak” hitam, guru merah akan “beranak” merah.
Semua sifat hakekatnya
masyarakat kita itu adalah terbayang di dalam perguruan-perguruan itu.
Sesuatu bangsa mengajar
dirinya sendiri! Sesuatu bangsa hanyalah dapat mengajarkan apa yang terkandung
di dalam jiwanya sendiri!
Bangsa orang merdeka
akan mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang merdeka.
Bangsa yang dikungkung
oleh kapitalisme, yang terpecah belah di dalam kelas-kelas yang memusuhi satu
sama lain, akan menunjukkan di dalam onderwijsn-nya
(pendidikan-nya) semua perpecahbelahan, semua pertikaian dan percideraan, semua
nafsu-nafsunya penderitaan dan perjoangan, semua kuman-kumannya devide et
impera yang asalnya dari kungkungan kapitalisme itu.
Guru-guru Taman Siswa, satu per satu, harus ikut menjadi prajurit dan pahlawannya massa wil dan massa dynamiek, prajurit dan pahlawannya iradah kebangunan di zaman kebangunan!
Roh kerakyatan, roh
kemerdekaan, roh kelaki-lakian (kekesatriaan) harus berkobar di dalamnya
guru-guru itu. Roh tiga inilah yang harus menjadi api keramatnya mereka punya
jiwa, menjadi wahyu penghaibat hidup, wahyu cakra ningrat yang manjing di dalam
mereka punya sukma.
Orang hanyalah dapat
menangkap roh kerakyatan, roh kemerdekaan, roh kekesatriaan itu benar-benar,
kalau ditangkapnya dengan alat vrijheid
van gedachte (kebebasan berpikir) yang diper-usahakan dengan cara yang
benar.
Tahukah Tuan, apa yang
saya selalu nasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah yang di bawah
pengawasan saya? Saya, yang sebagai juga lain-lain Saudara, alhamdulillah,
diberkati dan dikaruniai Allah dengan rasa cinta kepada kerakyatan dan
kemedekaan, saya menasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah itu supaya
sedapat mungkin perkataan-perkataan ”kerakyatan” dan ”kemerdekaan” itu
janganlah satu kali pun diucapkan di hadapan anak-anak! Sebab manakala si guru
itu benar-benar menyala jiwanya dengan roh kerakyatan dan roh kemerdekaan
karena percikan-percikan api toepassing
vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir), dan manakala si
guru juga meng-geladi murid-muridnya toepasen
vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir) itu dengan diberi
bahan-bahan inlichting (informasi)
yang secukupnya, maka, meski zonder (tanpa)
”cekokan”, zonder ”metode suruh
telan” zonder ”formula-formulaan”, dengan sendirinya toch terjadilah voortplanting (reprodukdi) juga.
Kerakyatan ialah satu system, dimana opvoedings-principe (prinsip-pendidikan) mengambil tempat yang
terkemuka dan terpenting.
Dan inilah pula makna
perkataan Lincoln bahwa in de kinderen
zijn de kiemen, de beginselen van gedachten (anak-anak adalah kuman,
prinsip-prinsip pikiran). Satu kali gedachte
(pemikiran) itu menjadi jiwa anak-anak dengan cara logisch (yakni karena toepassing-nya
vrijheid van gedachte-kebebasan
aplikasi-nya pemikiran), satu kali ia menetas secara logisch di dalam sarangnya keinsyafan anak-anak itu, maka ia akan
tetap bersarang di situ sampai terbawa masuk ke dalam lubang kubur!
Sabtu, 18 Juni 2016
Kata-kata Bijak, Quote, Nasehat dari Budiman Sudjatmiko dalam Buku Anak-Anak Revolusi Jilid Satu.
Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
Merdeka!!!
Anak-Anak Revolusi adalah judul buku yang ditulis oleh Budiman Sudjatmiko,
terdiri dari dua jilid (hanya saja sampai saat ini penulis baru mampu membeli
Jilid Satu, semoga Pak Budiman Sudjatmiko mau memberikan buku Jilid Dua-nya
agar penulis selaku generasi muda dapat mengerti serta memahami akan alur jalan pemikiran Pak
Budiman Sudjatmiko sehingga meneruskannya). Bapak Budiman Sudjatmiko sendiri
dimata penulis adalah seorang yang heorik (walaupun hanya melihat dari tayangan
youtube) karena mampu menjadi inspirator bagi generasi muda selaku generasi
penerus dalam tongkat estafeta kepemimpinan bangsa.
Buku Anak-Anak
Revolusi ini merupakan sebuah
autobiografi kehidupan masa kecil seorang Budiman Sudjatmiko dimana dalam Buku Jilid
Satu ini penulis selaku pembaca sangat terbawa oleh alur cerita dalam kehidupan
seorang Budiman Sudjatmiko dimasa kanak-kanak yang melihat Mbah Dimin mati gantung
diri akibat kemelaratan karena tak mampu membayar hutang pada
"lintah darat", Mbah Dimin dijadikannya simbol sebagaimana Bung Karno
menyimbolkan sosok Marhaen yang tereksploitasi oleh sistem sehingga tidak mampu
hidup berkecukupan dan mati gantung diri akibat kebodohan serta pelarian dalam
menyeleseikan permasalahannya.
Tanpa banyak basa-basi lagi semoga kata-kata mutiara yang
penulis ambil dari buku berjudul Anak-Anak
Revolusi (Jilid 1) karangan Bapak Budiman Sudjatmiko ini
dapat menginspirasi para pembaca.
"Tubuh hanya akan
jujur kepada mu saat adrenalin lenyap".
"Masa kecil
adalah seperti moment ketika tali ditarik dan busur bergerak melengkung, bersiap
meluncurkan anak panah api. Siap menerangi langit, mencapai sasaran atau padam
sama sekali ditengah perjalanan".
"Aksara adalah
kunci emas untuk membongkar warisan peradaban dari generasi terdahulu".
"Tidak ada yang
lebih lapar dari pada waktu".
"Pada awal
perubahan selalu mendatangkan kesulitan, namun sang waktu akan selalu menemani
jiwa-jiwa yang ingin belajar".
"Bagiku kehidupan
bermartabat itu sederhana: tidak jatuh dalam kehinaan, kebebalan dan
kemiskinan".
"Ah.. kupikir tak
ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang kecuali bisa dilahirkan
berkali-kali setelah menempuh pengalaman mendekati kematian berkali-kali pula".
"Sesungguhnya
saat kita merawat buku, kita sedang merawat peradaban juga".
"Bagiku politik
adalah memerdekakan jiwa-jiwa sederhana supaya tidak terombang-ambing di antara
kehidupan miskin dan kematian tragis".
"Oh tuhan,
tunjukan padaku cara untuk membuat dia menegurku. Jika engkau berkenan
menunjukan caranya padaku, akan ku persembahkan doaku yang terindah dirumah
nanti malam".
"Untuk meraih keberhasilan kita, kita harus
setia dengan rasa ingin tahu itu, sesederhana apapun ia".
"Bagiku membaca
buku (apapun itu) adalah petunjuk untuk bertindak".
"Aku adalah pelayar
yang tak sabar untuk menyongsong badai atau pelabuhan baru untuk bersinggah".
"Tidak perlu
mahkota bagi seekor pemimpin domba diantara kawananya".
"Ketika sedang
terjebak disebuah rimba yang gelap, jangan pernah biarkan api mu padam".
"Selama rakyat
mau berpikir, ini akan membangkitkan rasa percaya diri mereka".
"Tidak ada yang
lebih indah selain melihat mimpi-mimpimu mulai terwujud menjadi kenyataan.
"Ada banyak orang
yang menginginkan perubahan, namun terlalu sedikit yang mau memulainya".
"Perjuangan itu
sejatinya seperti tubuh manusia. Jika kamu dapat bertahan dari penyakit, kamu
akan menjadi semakin kuat".
"Jika kamu terus konsisten
bekerja demi sebuah nilai yang kamu yakini, suatu saat alam akan mendukung mu
pada waktu yang tepat".
"Kelemahan kita
adalah terlalu banyak wacana, tapi tidak pernah mendaratkannya ke bumi".
"Jangan pernah
membiarkan lilin padam, karena kita tiidak akan pernah tahu kapan gelap akan
datang".
"Siapapun yang
tidak berani berperang tidak layak merayakan kemenangan".
"Eros adalah energi cinta yang terdalam. Ia
berada dengan pengertian cinta yang lain. Eros bukanlah storge (cinta kepada keluarga),
philia (pertemanan), ataupun agape (cinta kepada Tuhan)".
Rabu, 15 Juni 2016
Revolusi Mental dipersimpangan jalan
Oleh: Arif
Prasetyo Wibowo
Merdeka!!!
Dalam menyambut datangnya fajar baru
kepemimpinan bangsa dan negara serta untuk mempercepat terwujudnya masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Presiden Joko Widodo sejak masa kampanye
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden memiliki visi dan misi yang akan
dilaksanakan apabila terpilih menjadi kepala negara Republik Indonesia. Waktu
terus berputar dan saat ini adalah waktu yang tepat dalam melaksanakan serta
membuktikan kecanggihan visi dan misi yang digagasnya sejak masa pemilihan
kepala negara yang kita kenal dengan “Jalan Perubahan Untuk Indonesia Yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian” dengan sembilan agenda prioritas
“NAWACITA” dan program aksi “Revolusi Mental”.
Melihat perspektif sejarah berdirinya
negara Indonesia yang menggunakan konsep negara kesatuan sebagai bentuk negara
Indonesia, secara yuridis diawali para Founding
Father dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan atau dalam
bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
dimana salah satu tokohnya yaitu Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945
mengusulkan lima prinsip dasar dalam mendirikan gedung Indonesia merdeka, yang
pertama adalah kebangsaan Indonesia. Dalam Pidato "Lahir-nya Pancasila”
Bung Karno menjelaskan definisi kebangsaan Indonesia, yaitu “seluruh
manusia-manusia yang menurut geopolitik-nya telah ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara
Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!”.
Untuk memulihkan kembali Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada masa kejayaannya, Revolusi Mental digadang-gadang
merupakan sebuah solusi atas berbagai macam persoalan dalam menjawab
permasalahan konflik horizontal dan vertikal yang terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga apa bila tidak ditanggulangi dapat menganggu
jalannya stabilitas dalam pembangunan nasional. Majelis Permusyawaratan Rakyat
melalui Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa telah
mengidentifikasi permasalahan ini sebelumnya, diantaranya adalah; lemahnya
pengamalan dan penghayatan agama, fanatisme kedaerah, tidak berkembangnya
pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan, ketidakadilan ekonomi yang berasal
dari kebijakan publik, kurangnya keteladanan tokoh bangsa, penegakan hukum yang
belum optimal, local wisdom belum
mampu menjadi penyaring dalam merespon pengaruh budaya negatif dari luar,
meningkatnya prostitusi, perjudian dan narkoba, kurangnya pemahaman otonomi
daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Melihat arah berdirinya bangsa atas
negara Indonesia melalui sejarah dan keadaan saat ini serta diperkuat
identifikasi ancaman yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
melalui Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentunya terjadi ketidak sesuaian yang
menganggu arah tujuan kehidupan bernegara dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, hal ini merupakan ancaman yang bersifat
nirmiliter dimana dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia diterangkan acaman
nirmiliter adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang
dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Selanjutnya ancaman nirmiliter ini
dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan informasi,
serta keselamatan umum.
Sebagai sebuah manifesto ideologis akan
jalannya kepemimpinan yang menggunakan
Pancasila 1 Juni 1945 sebagai pembimbing terwujudnya masyarakat adil dan
makmur sudah barang tentu semenjak pelantikan dan sampai saat ini sosialisasi
sudah bukan lagi alasan dalam penyegeraan program aksi Revolusi Mental
khususnya dibidang Pendidikan, langkah kongkrit dalam pelaksanaan program aksi
Revolusi Mental sebagai mana yang termaktub dalam “Sembilan Agenda Prioritas” point delapan menyatakan “akan melakukan
revolusi karakter bangsa” dengan menggunakan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) sebagai agen
sosialisasi yang mengedepankan pengajaran sejarah pembentukan bangsa,
nilai-nilai patriotism dan cinta
tanah air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan
Indonesia. Hal ini pun tercantum dalam silabus kurikulum Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, dimana dalam Kompetensi Dasar point (2.1) menerangkan pengaktualisasian nilai dan moral Pancasila
sebagai pandangan hidup dan ideologi nasional dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang nyata sesuai dengan jalannya sembilan agenda
prioritas point depalan tentang “revolusi
karakter bangsa” dibidang pendidikan yang sampai saat ini belum terealisasi
melalui program aksi Revolusi Mental.
Sebagai mana yang termaktub didalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alenia ke empat serta Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi ..... warganegara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut merupakan jawaban atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 6 Ayat (1) yang menyatakan bahwa kurikulum jenis pendidikan umum untuk
pendidikan menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dengan
cakupan peningkatan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia, kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara.
Saat ini Revolusi Karakter Bangsa belum
menyentuh pada bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan perlu melakukan kerjasama dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merealisasikan program aksi
Revolusi Mental dibidang pendidikan. Penataran mengenai program aksi Revolusi
Mental perlu di sosialisasikan pula kepada guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan seluruh Indonesia selaku agen sosialisasi kepada peserta didik
dalam merealisasikan Revolusi Karakter Bangsa. Hal ini sangat diperlukan dalam
mewujudkan generasi Indonesia hebat, agen-agen sosialisasi yaitu guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan perlu mendapat suatu arahan dan
pencerahan dalam pelurusan sejarah pembentukan bangsa yang sesuai dengan
program aksi Revolusi Mental.
Penataran atau seminar mengenai program
aksi Revolusi Mental point depalan
sangat perlu dilakukan kepada agen-agen sosialisasi khususnya tenaga
kependidikan yaitu guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selaku agen
sosialisasi mutlak mengenai program aksi Revolusi Mental ini, karena Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peranan dan andil yang sangat besar
dalam membentuk generasi yang berjiwa Pancasila. Rumpun pendidikan umum
khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sangat identik dengan nilai
moral, dimana Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan sarana untuk
membekali peserta didik atau generasi muda Indonesia agar memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang berkenaan dengan hak dan kewajiban warganegara dengan
negara serta diharapkan dapat menjadi warganegara yang bisa diandalkan oleh
bangsa dan negara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
serta program aksi Revolusi mental pun nyatanya memiliki kesamaan
karakteristik, yaitu melahirkan suatu masyarakat yang berjiwa Pancasila,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebuah “jembatan emas” yang
harus diikut sertakan secara nyata dalam meneguhkan kembali jalan ideologis
sebagaimana yang tercantum dalam NAWACITA yang merupakan visi dan misi Presiden
Joko Widodo dua tahun lalu. Sehingga apabila program aksi Revolusi Mental
disegerakan pelaksanaannya secara nyata pada bidang pendidikan khususnya
pendidikan dasar dan menengah, sama hal-nya menyegerakan terwujudnya masyarakat
adil dan makmur dibidang ketahanan nasional bersifat nirmiliter serta dapat segera terwujudnya generasi Indonesia hebat yang sesuai dengan manifesto Revolusi Mental.
Selasa, 14 Juni 2016
Kata-kata bijak, Quote, Nasehat dari Semaoen (dibaca; Semaun) Tokoh Pergerakan Kemerdekaan Indonesia dalam Buku Hikayat Kadiroen
Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
Merdeka!!!
Semaoen(dibaca; Semaun) adalah salah satu tokoh
pergerakan kemerdekaan Indonesia yang lahir di Curahmalang, Kecamatan Sumobito,
Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
sekitar tahun 1899. Kata-kata bijak
berikut penulis kutip dari kisah roman politik dalam buku judul Hikayat Kadiroen, semoga
dapat mengispirasi;
"Disuatu ketika
dalam hidup manusia, ada saat-saat yang menghidupkan jiwa manusia, ada
saat-saatdemikian luar biasa. Yaitu saat seorang bujang mengungkapkan perasaan
cintanya kepada orang lain. Yakni pemuda kepada pemudi. Inilah kodrat Tuhan
Allah".
"Ketahuilah,
orang yang diam saja dan tidak mau berusaha itu sama halnya dengan melawan
kodrat. Sebab habis malam pasti datang siang. Habis susah pasti datang senang.
Dan untuk mendapatkan kesenangan itu, kita manusia wajib berusaha"
"Pintar, kuat dan
berkuasa selamanya pastilah menang!"
"Orang yang besar
kepala selamanya bodoh"
"Ia (ayah
kadireon) percaya bahwa nasib seorang manusia itu sudah ditentukan terlebih
dahulu oleh Tuhan Allah dan dimana saja orang itu bekerja kalau usahanya memang
sungguh-sungguh baik, maka tentulah ia akan mendapatkan kesenangan dan
keselamatan"
"Roch dan rah
adhi sejati tentu akan mendapatkan buah yang lezat dari perbuatannya"
"Karena semakin
mulia maksud seseorang, tambah besar juga lawannya atau godaan dan
rintangannya. Rintangan dan godaan tadi akan menjatuhkan orang itu kalau ia
tidak kuat. Tetapi, ada satu perkara yang akan memberi kekuatan luar biasa pada
manusia yang berusaha dan berbuat baik. Perkara itu adalah kepercayaan kepada
Tuhan Allah"
"Seorang manusia
yang membela kepentingan beribu-ribu manusia seharusnya memang melupakan
kepentingan mereka sendiri. Dan siapa yang melupakan kepentingan diri sendiri
itu, tentu tidak takut apa-apa lagi"
"Sesungguhnya,
seorang yang dipilih oleh Tuhan Allah menjadi wakilnya untuk menolong si susah,
tentu akan mendapat rahmat dari Tuhan Allah pada waktunya sendiri"
"Orang yang
mencari kemasyuran, kehormatan dan nama yang harum, akan tidak bisa mendapatkan
yang sejati"
"Semua hal yang
palsu tidak bisa langgeng"
Selasa, 07 Juni 2016
Aku mau dibaca lagi; Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi.
Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
Merdeka!!!
“Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan, macam-macam, tetapi alangkah benarnya bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari philosopische grondslag, mencari satu, “weltanschauung” yang kita semua sama setuju. ….. Saudara-saudara, apakah kelima prinsip itu? Pertama Kebangsaan Indonesia, kedua Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan, ketiga Mufakat atau Demokrasi, keempat Kesejahteraan sosial, dan kelima menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa”, merupakan penggalan pidato yang diucapkan oleh Bung Karno dihadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada tanggal 1 Juni 1945 dan kemudian dinamakan “Lahir-nya Pancasila”.
Dari pidato diatas, nilai apakah yang bisa kita ambil dari salah seorang pendiri bangsa, pendiri negara yang sampai saat ini kita sebut Indonesia? Apakah yang melandasi Pancasila 1 Juni menjadikan Kebangsaan Indonesia sebagai dasar prinsip pertama yang menjadi landasan berdirinya Indonesia Merdeka? Bagaimanakah perkembangan Pancasila saat ini sebagai Ideologi, pandangan hidup, dan azas perjuangan dalam mencapai Indonesia Merdeka secara hakiki? Apa yang harus dipertahankan dan yang harus dikembangkan dalam membumikan Pancasila sebagai Ideologi, pandangan hidup, dan azas perjuangan dalam mencapai Indonesia Merdeka yang hakiki? Seperti apa dan bagaimana wujud dari kemerdekaan yang hakiki itu?
Nasionalisme atau Kebangsaan, merupakan jawaban mutlak bagaimana sejarah telah mencatat perkembangan bangsa Indonesia dalam tinta pena tuntutan zaman pada abad ke-20 waktu itu. Nasionalisme atau Kebangsaan ini timbul karena adanya keinginan, adanya perasaan se-nasib, dimana masyarakat waktu itu oleh Tuhan Yang Maha Esa telah diberikan suatu kodrat, telah diberikan suatu hal yang tidak bisa ditolak bahwa manusia-manusia Indonesia lahir dalam suatu wilayah yang terperangai oleh sebuah sistem kolonialisme dan imprealisme bangsa asing. Adanya satu kesusahan bersama dan adanya satu kesulitan bersama inilah yang menjadikan Pancasila 1 Juni menjadikan Kebangsaan sebagai dasar prinsip landasan berdirinya Indonesia Merdeka.
Para pendiri bangsa telah banyak belajar dari kekalahan-kekalahan perjuangan masa lampau, para pendiri bangsa telah mengevaluasi perjuangan-perjuangan untuk kedepan dalam mewujudkan Indonesia merdeka yang dikarenakan pada perjuangan-perjuangan yang lampau terjadi banyak sekali kelemahan-kelemahan yang harus dievalusasi dari strategi pergerakan, dimana musuh dapat menangkis setiap perlawan dimasa lampau dengan cara devide at impera.
Paham Kebangsaan atau Nasionalisme ini memang menjadi sebuah trend pada abad ke 19 dan 20, hal ini terjadi pula di Indonesia dalam melakukan perbaikan pergerakan kemerdekaan Indonesia yang mengarah pada persatuan dan kesatuan massa aksi, dimana masyarakat dalam melawan dan mendirikan bangunan Indonesia Merdeka diwadahi suatu azas prinsip perjuangan bersama dalam motor pergerakan kemerdekaan yang para pendiri bangsa lihat adalah Kebangsaan. Paham kebangsaan ini lah yang menjadi nyawa, menjadi dasar pokok, dan menjadi bentuk kekuatan rakyat dalam mendirikan bangunan Indonesia Merdeka yang tanpa L’exploitation de nation par nation dan L’exploitation de l’homme par l’homme (penghisapan negara atas negara dan penghisapan manusia atas manusia).
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bisa kita lihat bahwasanya paham kebangsaan Indonesia ini adalah suatu azas dan cara perjuangan rakyat Indonesia ditengah-tengah masyarakat kolonial yang dikarenakan feodalisme dan kolonialisme adalah sumber penderitaan rakyat. Paham Kebangsaan ini lah yang membuat rakyat sadar bahwasanya ada satu hal yang membuat setiap individu manusia Indonesia mengerti adanya garis pembatas besar antara si “terjajah” dan si “penjajah” merupakan suatu hal yang sangat prinsipil bertentangan dan harus dihapuskan. Dari sini kita bisa melihat adanya satu hal yang menjadi ciri khusus dalam perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia secara keseluruhan dengan pihak belanda, atau dengan kata lain nasionalisme versus imperealisme.
Dalam pidato “Lahir-nya Pancasila”, Bung Karno mengatakan bahwasanya dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai beliau merasa khawatir jikau dalam sidang tersebut banyak dari anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang mengurusi hal-hal kecil sampai “djelimet”. Menurut Bung Karno Merdeka adalah sebuah “jembatan”, “jembatan emas”. Setelah kemerdekaan diraih dengan secapatnya maka itu telah memerdekakan hatinya rakyat, memerdekakan nyawanya rakyat, dan setelah kemerdekaan itu diraih barulah dibentuk segala sesuatu yang kecil-kecil itu. Disini bisa kita lihat bagaimana salah seorang tokoh pendiri bangsa menjelaskan bagaimana definisi dari paham kebangsaan sebagai sebuah azas perjuangan.
Kebangsaan yang dimaksud bukanlah kebangsaan yang statis, bukan kebangsaan yang “ngelamun”, melainkan kebangsaan yang dinamis, yang dimaksud dinamis disini adalah setiap manusia Indonesia sadar betul bagaimana keadaan disekitarnya, bagaimana keadaan masyarakatnya, sehingga nasionalisme atau paham kebangsaan ini bersandarkan pada peri-kemanusiaan. Dengan adanya peri-kemanusiaan ini membuat paham nasionalisme atau kebangsaan Indonesia menjadi sebuah paham yang tidak bertujuan menghegemoni, tidak bertujuan menganggap bangsanya yang terbaik, melainkan bersama-sama mewujudkan susunan masyarakat baru, mewujudkan rasa kemerdekaan dalam meraih keadilan dan kesejahteraan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia bahkan dunia.
Bung Karno dalam Pidato “Lahir-nya Pancasila” menjelaskan, menurut Ernest Renan bangsa ialah “satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya satu” dan syarat menjadi bangsa menurut Renan “adanya kehendak akan bersatu”. Selain Ernest Renan, Bung Karno mengutip juga pendapat yang diungkapkan oleh Otto Bouer “bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib”. Selanjutnya Bung Karno mendefinisikan bangsa Indonesia lebih luas lagi yaitu “seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!”. Nasionalisme yang demikian itu oleh Bung Karno disebut Sosio-Nasionalisme.
Seperti yang sudah penulis terangkan diatas, Sosio-Nasionalisme merupakan azas perjuangan Kebangsaan yang bersandarkan pada Peri-Kemanusiaan. Sosio-Nasionalisme atau Nasionalisme Masyarakat adalah nasionalisme politik dan ekonomi yang tujuannya mencari kebebasan politik dan kebebasan ekonomi yang mengantarkan masyarakat ke arah masyarakat yang adil dan makmur bersih dari kapitalisme, imprealisme, dan kolonialisme. Sosio-Nasionalisme ini penjabaran alasan Pancasila 1 Juni menggunakan Kebangsaan Indonesia sebagai dasar pertama dalam memperoleh “alat sakti” Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 1 Juni 1945 selain menerangkan dasar negara apa yang dipakai dalam membangun gedung Indonesia Merdeka Bung Karno dalam pidato-nya menjelaskan pula soal Sosio-Demokrasi, Dimana menurut Bung Karno Sosio-Demokrasi ini lahir atau timbul dari Sosio-Nasionalisme. Setelah persatuan dan kesatuan massa aksi telah terbentuk, setelah alat sakti “Indonesia Merdeka” telah diraih, maka kita telah melewati “jembatan emas” tadi. Soal Sosio-Demokrasi adalah soal politik ekonomi demokrasi yang lebih jelas dalam bentuk sistem ketatanegaraan, Sosio-Demokrasi menjelaskan bahwa demokrasi Indonesia bukanlah demokrasi barat, melainkan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi dengan kesejahteraan sosial atau yang Bung Karno bilang dalam bahasa Belanda sociale rechtvaardiheid.
Sosio-Demokrasi ini dibangun dalam parlemen-parlemen, sosio-demokrasi ini yang mengatur jalannya demokrasi politik dan demokrasi ekonomi, Sosio-Demokrasi ini pula lah yang akan mewujudkan keadilan sosial dalam sebuah dasar mufakat permusyawaratan. Bung Karno menerangkan lebih lanjut mengenai Sosio-Demokrasi bahwasanya “syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan”. Permusyawaratan perwakilan yang dimaksud disini bukan lah permusyawaratan yang satu golongan, permusyawaratan yang dimaksud disini bukan lah permusyawaratan yang untuk menghasilkan kemelaratan rakyat bertambah berat, permusyawaratan yang dimaksud oleh Bung Karno disini adalah suatu permusyawaratan yang mengantarkan rakyat dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, suatu permusyawaratan melalui perwakilan yang semua buat semua. Dari Sosio-Demokrasi ini lah yang membuat Bung Karno memberikan prinsip Permusyawaratan atau Demokrasi sebagai Prinsip dasar negara yang ke-3 dalam pidato “Lahir-nya Pancasila”.
Prinsip ke-3 sudah penulis terangkan, sekarang prinsip yang ke-4 adalah kesejahteraan sosial. Prinsip kesejahteraan sosial ini masuk pula kedalam Sosio-Demokrasi dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, prinsip kesejahteraan sosial disini Bung karno katakan adalah sebuah prinsip yang “tidak ada kemiskinan didalam Indonesia Merdeka” dengan kata lain anti-kemiskinan. Melalui permusyawaratan dengan paham kesejahteraan ini setiap orang memiliki hak yang sama dalam politik demokrasi, setiap orang mengusulkan ide dan gagasanya dalam permusyawaratan perwakilan. Permusyawaratan yang dibentuk atau adapun bukan suatu permusyawaratannya para golongan, permusyawaratan yang dibentuk atau adapun bukan permusyawaratannya kaum pemodal atau kapital, permusyawaratan yang dibentuk atau adapun tidak hanya politik demokrasi saja, melaikan permusyawatan perwakilan tersebut harus mampu mendirikan suatu politik ekonomi demokrasi yang mampu membuat masyarakat hidup dalam berkecukupan dalam ekonomi.
Cara berpikir tentang paham kesejahteraan sosial ini diambil Bung Karno dari kepercayaan masyarakat Indonesia tentang datangnya “Ratu adil”, adalah seorang yang kelak membawa masyarakat kearah kemakmuran hidup yang anti kemiskinan. Sebuah kepercayaan yang memberi suatu ketenangan didalam jiwa masyarakat Indonesia tentang datangnya kesejahteraan lahiriah dan batiniah, tetapi nyatanya kesejahteraan tidak dapat ditunggu dan tidak boleh ditunggu yang oleh karenanya melawan kodrat. Dari sini bisa kita pahami mengapa prinsip kesejahteraan sosial masuk dalam sila ke-4 yang harus sama-sama kita perjuang kan, sehingga sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi menuntut adanya suatu gerakan, suatu usaha, suatu kerja dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur tanpa kapitalisme, imprealisme, dan kolonialisme.
Empat prinsip telah penulis terangkan, dan prinsip yang terakhir adalah prinsip Ketuhanan yang berkebudayaan. Bung Karno menjelaskan dalam pidatonya 1 Juni 1945 bahwasanya “masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. ….. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhanya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama, dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan!”. Bung Karno dalam prinsip Ketuhanan yang berkebudayaan disini menggaris bawahi adanya suatu nilai Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berkebudayaan adalah dimana ketika manusia Indonesia telah mempercayai dan mengamalkan ajaran setiap agamanya maka akan lahirlah manusia Indonesia yang berkeadaban. Manusia yang berkeadaban ini memiliki ciri utama, yaitu toleransi atau yang Bung Karno bilang dalam bahasa belanda verdraagzaamheid.
Dalam prinsip Ketuhanan yang berkebudayaan, Bung Karno mengetahui betul bagaimana kondisi pertentangan pada waktu itu. Secara history manusia Indonesia memang betul telah memiliki kepercayaan batiniah yang kita kenal dengan ajaran animisme dan dinamisme, zaman berganti dan nilai-nilai pun mengalami akulturasi bahkan terhapus. Dinamisme dan animisme berganti nama sesuai dengan kebutuhan batin setiap manusia Indonesia, tetapi ada satu hal yang perlu disadari bahwasanya setiap agama mempercayai adanya suatu hal yang terkuat dalam pembentukan dan pengaturan tatakehidupan manusia di dunia. Setiap agama yang dipercayai manusia Indonesia adalah merupakan kumpulan nilai-nilai kebaikan yang bersifat universal, kebaikannya bisa dinikmati oleh semua orang, kebaikannya merupakan sebuah nilai yang dihasilkan dari hasil keinsyafan manusia Indonesia yang meyakini betul nilai-nilai kebaikan didalam setiap agamanya. Kebaikan yang penulis maksud bukan kebaikan yang fanatisme, bukan kebaikan yang kebaikannya tidak dirasa baik oleh semua, kebaikannya tidak bisa dinikmati oleh kelompok-kelompok kecil, kebaikan yang penulis maksud disini adalah kebaikan yang dimana setiap manusia Indonesia merasa merdeka tanpa ada rasa ketakutan dalam melaksanakan suatu peribadatan keyakinan.
Kelima Prinsip didalam Pancasila 1 Juni telah penulis terangkan sebagai ideologi, pandangan hidup, dan azas perjuangan, Pancasila 1 Juni pun menurut Bung Karno bisa diperas menjadi Tri Sila yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan yang berkebudayaan pun sudah penulis terangkan diatas. Namun bila Tri-Sila masih terlalu banyak dalam penyebutannya, Bung Karno berkata dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia “Tetapi barang kali tidak semua tuan-tuan senang kepada Tri Sila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu, Apakah yang satu itu? ….. yaitu perkataan Gotong-Royong”. Menurut Bung Karno, Gotong-Royong adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “Kekeluargaan”. Gotong-Royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, suatu pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama dalam memperoleh alat sakti “Indonesia Merdeka” dan mewujudkan suatu tatanan masyarakat baru yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Dari uraian panjang diatas dapatlah sekarang kita mengambil suatu kesimpulan, bahwasanya Pancasila 1 Juni 1945 memiliki ke khas-nya tersendiri, yaitu Pan-nasionalisme yang begitu kental dan menjadi prinsip utama dalam memperoleh alat sakti “Indonesia Merdeka”. Melihat Pancasila 1 Juni janganlah melihat dengan “kacamata kuda”, kita harus mengetahui bagaimana kondisi sosial pada zaman kolonialisme yang dengan nyata dicatat oleh sejarah bahwasanya masyarakat Indonesia waktu itu hidup susah menderita dalam sebuah sistem penjajahan. Pancasila 1 Juni merupakan cara perjuangan yang sama sekali tidak mendua, tiga, empat, lima kan Prinsip dari kelima sila yang terkandung dalam Pancasila 1 Juni. Pancasila 1 Juni merupakan suatu cara berpikir dan berjuang ketika perlawanan masyarakat Indonesia dengan mudah ditepis oleh kaum imprealis dengan devide at impera. Pancasila 1 Juni memberikan kita sebuah arti penting kesatuan gerak massa aksi dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur tanpa kolonialisme, kapitalisme, dan imprealisme bangsa asing.
Pancasila 1 Juni membuat kita sadar, bahwasanya nasionalisme bukan sebuah paham yang reaksioner, bukan sebuah paham yang bisa datang dan bisa pergi sesuai kebutuhan, bukan sebuah paham yang “ada” jikalau Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam keadaan genting, Pancasila 1 Juni adalah sebuah jawaban atas perkembangan zaman yang sampai saat ini masih dirasa perlu pemahaman, penghayatan dan pengamalanya secara mendalam. Pancasila 1 Juni telah melewati “jembatan emas”, Indonesia telah merdeka, namun para pendiri bangsa belum mengikhlas kan kita para generasi penerus untuk diam dan tenang. Pancasila 1 Juni menuntut perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan! Agar lantas mempercepat datangnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Langganan:
Postingan (Atom)