Oleh: Arif Prasetyo Wibowo
“Menjadi Guru
Dimasa Kebangunan”
merupakan pesan terakhir yang ditulis tangan langsung oleh Bung Karno dalam
buku fenomenal yang berjudul Dibawah
Bendera Revolusi (Jilid 1). Buku Dibawah Bendera Revolusi terdiri dari dua
jilid, pada jilid pertama terdiri dari 61 judul tulisan yang berisi tentang
gagasan pemikiran Bung Karno mengenai bagaimana mendirikan gedung Indonesia Merdeka,
sedangkan pada jilid kedua terdiri dari 20 judul pidato 17 Agustus dari
Presiden Bung Karno.
Sekedar
Informasi, saat ini untuk membaca bahkan memiliki buku Dibawah Bendera Revolusi sudah sangat mudah, karena sudah ada edisi
paripurna yang merupakan edisi pembeharuan. Terakhir yang penulis lihat di
salah satu Toko Buku kenamaan, buku Dibawah Bendera Revolusi jilid 1 dan jilid
2 bisa anda miliki dengan harga Rp. 600.000,00 (Enam Ratus Ribu Rupiah) saja.
Tanpa
banyak basa-basi lagi, berikut kutipan dalam tulisan Bung Karno yang berjudul “Menjadi
Guru Dimasa Kebangunan” dalam buku Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1) semoga mengispirasi;
Di masa kebangunan,
maka seharusnya tiap-tiap orang harus menjadi pemimpin, menjadi guru.
Pemimpin! Guru!
Alangkah haibatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah, menjadi guru di
dalam sekolah, menjadi guru dalam arti yang spesial, yakni pembentuk akal dan
jiwa anak-anak! Terutama sekali di zaman kebangunan! Hari kemudiannya manusia
adalah di dalam tangan si guru itu, -menjadi Manusia Kebangunan atau bukan
Manusia kebangunan.
Wie
de jeugd heeft, heeft de toekomst (yang memiliki pemuda,
memiliki masa depan).
Hanya guru yang
benar-benar rasul kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya
guru yang dadanya penuh dengang jiwa kebangunan dapat ”menurunkan” kebangunan
ke dalam jiwa anak.
Onderwijs
is in zekeren zin een voortplanting! (pendidikan adalah
reproduksi yang penuh arti!)
Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak” hijau, guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak” hitam, guru merah akan “beranak” merah.
Semua sifat hakekatnya
masyarakat kita itu adalah terbayang di dalam perguruan-perguruan itu.
Sesuatu bangsa mengajar
dirinya sendiri! Sesuatu bangsa hanyalah dapat mengajarkan apa yang terkandung
di dalam jiwanya sendiri!
Bangsa orang merdeka
akan mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang merdeka.
Bangsa yang dikungkung
oleh kapitalisme, yang terpecah belah di dalam kelas-kelas yang memusuhi satu
sama lain, akan menunjukkan di dalam onderwijsn-nya
(pendidikan-nya) semua perpecahbelahan, semua pertikaian dan percideraan, semua
nafsu-nafsunya penderitaan dan perjoangan, semua kuman-kumannya devide et
impera yang asalnya dari kungkungan kapitalisme itu.
Guru-guru Taman Siswa, satu per satu, harus ikut menjadi prajurit dan pahlawannya massa wil dan massa dynamiek, prajurit dan pahlawannya iradah kebangunan di zaman kebangunan!
Roh kerakyatan, roh
kemerdekaan, roh kelaki-lakian (kekesatriaan) harus berkobar di dalamnya
guru-guru itu. Roh tiga inilah yang harus menjadi api keramatnya mereka punya
jiwa, menjadi wahyu penghaibat hidup, wahyu cakra ningrat yang manjing di dalam
mereka punya sukma.
Orang hanyalah dapat
menangkap roh kerakyatan, roh kemerdekaan, roh kekesatriaan itu benar-benar,
kalau ditangkapnya dengan alat vrijheid
van gedachte (kebebasan berpikir) yang diper-usahakan dengan cara yang
benar.
Tahukah Tuan, apa yang
saya selalu nasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah yang di bawah
pengawasan saya? Saya, yang sebagai juga lain-lain Saudara, alhamdulillah,
diberkati dan dikaruniai Allah dengan rasa cinta kepada kerakyatan dan
kemedekaan, saya menasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah itu supaya
sedapat mungkin perkataan-perkataan ”kerakyatan” dan ”kemerdekaan” itu
janganlah satu kali pun diucapkan di hadapan anak-anak! Sebab manakala si guru
itu benar-benar menyala jiwanya dengan roh kerakyatan dan roh kemerdekaan
karena percikan-percikan api toepassing
vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir), dan manakala si
guru juga meng-geladi murid-muridnya toepasen
vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir) itu dengan diberi
bahan-bahan inlichting (informasi)
yang secukupnya, maka, meski zonder (tanpa)
”cekokan”, zonder ”metode suruh
telan” zonder ”formula-formulaan”, dengan sendirinya toch terjadilah voortplanting (reprodukdi) juga.
Kerakyatan ialah satu system, dimana opvoedings-principe (prinsip-pendidikan) mengambil tempat yang
terkemuka dan terpenting.
Dan inilah pula makna
perkataan Lincoln bahwa in de kinderen
zijn de kiemen, de beginselen van gedachten (anak-anak adalah kuman,
prinsip-prinsip pikiran). Satu kali gedachte
(pemikiran) itu menjadi jiwa anak-anak dengan cara logisch (yakni karena toepassing-nya
vrijheid van gedachte-kebebasan
aplikasi-nya pemikiran), satu kali ia menetas secara logisch di dalam sarangnya keinsyafan anak-anak itu, maka ia akan
tetap bersarang di situ sampai terbawa masuk ke dalam lubang kubur!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar