Jumat, 01 Juli 2016

Kata-kata Bijak, Quote, Nasehat dari Bung Karno dalam Buku Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1)




Oleh: Arif Prasetyo Wibowo

       “Menjadi Guru Dimasa Kebangunan” merupakan pesan terakhir yang ditulis tangan langsung oleh Bung Karno dalam buku fenomenal yang berjudul Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1). Buku Dibawah Bendera Revolusi terdiri dari dua jilid, pada jilid pertama terdiri dari 61 judul tulisan yang berisi tentang gagasan pemikiran Bung Karno mengenai bagaimana mendirikan gedung Indonesia Merdeka, sedangkan pada jilid kedua terdiri dari 20 judul pidato 17 Agustus dari Presiden Bung Karno.

       Sekedar Informasi, saat ini untuk membaca bahkan memiliki buku Dibawah Bendera Revolusi sudah sangat mudah, karena sudah ada edisi paripurna yang merupakan edisi pembeharuan. Terakhir yang penulis lihat di salah satu Toko Buku kenamaan, buku Dibawah Bendera Revolusi jilid 1 dan jilid 2 bisa anda miliki dengan harga Rp. 600.000,00 (Enam Ratus Ribu Rupiah) saja.

         Tanpa banyak basa-basi lagi, berikut kutipan dalam tulisan Bung Karno yang berjudul “Menjadi Guru Dimasa Kebangunan” dalam buku Dibawah Bendera Revolusi (Jilid 1) semoga mengispirasi;
    
Di masa kebangunan, maka seharusnya tiap-tiap orang harus menjadi pemimpin, menjadi guru.

Pemimpin! Guru! Alangkah haibatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah, menjadi guru di dalam sekolah, menjadi guru dalam arti yang spesial, yakni pembentuk akal dan jiwa anak-anak! Terutama sekali di zaman kebangunan! Hari kemudiannya manusia adalah di dalam tangan si guru itu, -menjadi Manusia Kebangunan atau bukan Manusia kebangunan.

Wie de jeugd heeft, heeft de toekomst (yang memiliki pemuda, memiliki masa depan).

Hanya guru yang benar-benar rasul kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya guru yang dadanya penuh dengang jiwa kebangunan dapat ”menurunkan” kebangunan ke dalam jiwa anak.

Onderwijs is in zekeren zin een voortplanting! (pendidikan adalah reproduksi yang penuh arti!)

Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak” hijau, guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak” hitam, guru merah akan “beranak” merah.

Semua sifat hakekatnya masyarakat kita itu adalah terbayang di dalam perguruan-perguruan itu.
Sesuatu bangsa mengajar dirinya sendiri! Sesuatu bangsa hanyalah dapat mengajarkan apa yang terkandung di dalam jiwanya sendiri!

Bangsa orang merdeka akan mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang merdeka.

Bangsa yang dikungkung oleh kapitalisme, yang terpecah belah di dalam kelas-kelas yang memusuhi satu sama lain, akan menunjukkan di dalam onderwijsn-nya (pendidikan-nya) semua perpecahbelahan, semua pertikaian dan percideraan, semua nafsu-nafsunya penderitaan dan perjoangan, semua kuman-kumannya devide et impera yang asalnya dari kungkungan kapitalisme itu.

Guru-guru Taman Siswa, satu per satu, harus ikut menjadi prajurit dan pahlawannya massa wil dan massa dynamiek, prajurit dan pahlawannya iradah kebangunan di zaman kebangunan!

Roh kerakyatan, roh kemerdekaan, roh kelaki-lakian (kekesatriaan) harus berkobar di dalamnya guru-guru itu. Roh tiga inilah yang harus menjadi api keramatnya mereka punya jiwa, menjadi wahyu penghaibat hidup, wahyu cakra ningrat yang manjing di dalam mereka punya sukma.

Orang hanyalah dapat menangkap roh kerakyatan, roh kemerdekaan, roh kekesatriaan itu benar-benar, kalau ditangkapnya dengan alat vrijheid van gedachte (kebebasan berpikir) yang diper-usahakan dengan cara yang benar.

Tahukah Tuan, apa yang saya selalu nasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah yang di bawah pengawasan saya? Saya, yang sebagai juga lain-lain Saudara, alhamdulillah, diberkati dan dikaruniai Allah dengan rasa cinta kepada kerakyatan dan kemedekaan, saya menasehatkan kepada guru-guru sekolahan rendah itu supaya sedapat mungkin perkataan-perkataan ”kerakyatan” dan ”kemerdekaan” itu janganlah satu kali pun diucapkan di hadapan anak-anak! Sebab manakala si guru itu benar-benar menyala jiwanya dengan roh kerakyatan dan roh kemerdekaan karena percikan-percikan api toepassing vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir), dan manakala si guru juga meng-geladi murid-muridnya toepasen vrijheid van gedachte (penerapan kebebasan cara berpikir) itu dengan diberi bahan-bahan inlichting (informasi) yang secukupnya, maka, meski zonder (tanpa) ”cekokan”, zonder ”metode suruh telan” zonder ”formula-formulaan”, dengan sendirinya toch terjadilah voortplanting (reprodukdi) juga.

Kerakyatan ialah satu system, dimana opvoedings-principe (prinsip-pendidikan) mengambil tempat yang terkemuka dan terpenting.

Dan inilah pula makna perkataan Lincoln bahwa in de kinderen zijn de kiemen, de beginselen van gedachten (anak-anak adalah kuman, prinsip-prinsip pikiran). Satu kali gedachte (pemikiran) itu menjadi jiwa anak-anak dengan cara logisch (yakni karena toepassing-nya vrijheid van gedachte-kebebasan aplikasi-nya pemikiran), satu kali ia menetas secara logisch di dalam sarangnya keinsyafan anak-anak itu, maka ia akan tetap bersarang di situ sampai terbawa masuk ke dalam lubang kubur!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar